SSブログ

Pendidikan Moral gaya Jepang!

Saya mulai tergelitik untuk menulis pengalaman pribadi saya tentang Jepang.Saya, Albertus Prasetyo Heru Nugroho, lahir di Surabaya 32 tahun yang lalu. Lahir di sebuah keluarga Jawa,beragama katholik.Ketika kecil ayah dan ibu saya mengajarkan jika saya menyakiti orang lain, maka saya telah berdosa dan harus minta maaf baik kepada teman yang saya sakiti dan juga kepada Tuhan. 
   Ketika masuk SD, saya mendapat pelajaran PMP(Pendidikan Moral Pancasila). Saya masih ingat betul, dalam ujian PMP, ada soal kurang lebih demikian : Ketika ada nenek yang hendak menyeberang jalan, apa yang harus kamu lakukan? a.membiarkan b.menyeberangkan c.menyapa nenek
   Pelajaran diisi dengan pengamalan butir-butir P4. Yah,sampai saat itu, walaupun kadang saya berpikir bahwa realitas hidup saya dan realitas PMP berbeda, saya hanya berpikir,"PMP itu harus dihapal".  

MORALITAS JEPANG
   Sebelum saya menginjakkan kaki di negeri sakura ini, yang menjadi patokan saya adalah ajaran gereja katolik dan tri prasetya siswa (saya alumni SMU TARUNA NUSANTARA). Namun, saya sering kali heran setelah bertahun-tahun hidup dan bekerja di Jepang :apa yang menjadi dasar moralitas mereka?.Kebanyakan orang jepang, tidak seperti di negara kita, mereka tidak memiliki agama tertentu. Ada beberapa yang memeluk agama Budha dan Kristen. Tapi jumlahnya sangat sedikit.  
    Dalam fase tertentu dalam hidup saya di Indonesia, jika saya berbuat sesuatu yang tercela, maka yang akan mengeremnya adalah "saya tidak ingin disiksa di neraka".Namun, ketika "neraka setelah mati" itu tidak ada dalam konteks keseharian, apa yang membuat orang TIDAK berbuat anarkis? mungkin jawaban ilmiah akan didapatkan dari seorang profesor teologi, atau sosiologi. Saya hanya ingin menyampaikan saja yang saya alami di Jepang. 
    Waktu Gempa Dahsyat melanda Jepang tahun 2011, saya berada di Shibuya, sebuah tempat keramaian di jepang. Bumi berguncang, gedung2 bergoyang -tidak rubuh karena anti gempa-.Saat itu, yang ada dalam pikiran saya: 1.ke ATM ambil uang 2.Ke Lawson atau seven eleven beli bekal secukupnya. karena saya membayangkan kepanikan luar biasa. DAN HAL itu tidak terjadi di Jepang. Penduduk mungkin histeris,tapi sebentar saja. Kemudian mereka mencoba telpon sanak saudara walaupun tidak bisa karena jaringan penuh. Kemudian secara rapi berjalan menuju tempat-tempat pengungsian.Hotel-hotel menyilakan lobi dijadikan tempat menginap. Semua orang menjadi baik dan saling berbagi kasih.
    Hey, tunggu sebentar! mereka ini tidak beragama juga tidak ada dasar negara pancasila. Kenapa lebih beradab daripada saya? Saya ini adalah bagian dari negara besar,NKRI.Punya Tuhan YME dan punya pancasila. Pertanyaan ini terus menggelitik saya.

PENDIDIKAN MORAL (道徳 dotoku)
   Semenjak saya menjadi CEO di Indonesia Research Institute Japan, saya banyak mendapat kesempatan untuk bicara dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Orang Jepang yang saya tanyai ttg moralitas kebanyakan berkata,"kami diajari supaya tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain". Saya sering tidak puas dengan jawaban ini. Saya lanjut bertanya,"apakah Anda tidak takut dosa? atau takut neraka?" Kebanyakan dari mereka tidak bisa menangkap maksud pertanyaan saya. Dan saya simpulkan, bagi orang jepang, bicara "dosa" adalah hal yang non-sense.Saya berhenti berpikir dalam kerangka "dosa-moralitas". Kemudian saya mencoba introspeksi, "ketika saya dihadapkan pada masalah pelik, apa yang saya lakukan?" dan jawabannya sederhana, saya selalu berpikir,apa yang akan dilakukan Yesus(Isa Almasih)? atau apa yang akan dilakukan oleh Bima(Werkudara)(tokoh wayang idaman saya)? Saya tidak pernah membayangkan, apa yang akan dilakukan Pangeran Diponegoro, atau apa yang akan dilakukan oleh Soekarno.
    Hampir semua orang Jepang yang saya temui, mereka selalu bercerita tentang sejarah.Sejarah Heian(abad ke-7 sampai abad ke-12), Sejarah jaman Edo,jaman Meiji dst. Mereka tidak punya wayang juga tidak punya kitab.Namun mereka punya sejarah dan sejarah itu diajarkan di sekolah-sekolah.

DALAM CERITA TERSIRAT KEBENARAN

Soekarno pernah mengatakan "jangan sekali-kali melupakan sejarah". Mungkin sudah saatnya kita meninggalkan pelajaran2 hapalan untuk PPKn.Kita memiliki banyak cerita2 rakyat yang untuk memahaminya dibutuhkan pemahaman komprehensif tentang latar belakang budayanya. Sebuah cerita bisa dikritisi dari berbagai segi dan penafsirannya sangat kaya. Sudah sepantasnya jika pelajaran moral bangsa kita disisipi berbagai macam cerita rakyat yang mengandung kearifan lokal dan universal.Kita gali kembali sejarah2 dan hikayat2 suku2 kita.

Menjadi seorang katolik, lebih mudah daripada menjadi seorang Indonesia. Karena dogma-dogmanya sudah ditentukan oleh Vatikan. Namun, saya juga seorang Indonesia. Terus terang saya iri terhadap bangsa Jepang. Karena ke-jepang-an mereka tidak terletak pada agama tertentu, tapi pada sejarah dan nilai2 mereka sendiri. Mana indonesiaku? kadang kita sering berdalih : bertindaklah sesuai dengan agama masing2. Nah, tapi pernahkah kita di Indonesia benar2 ada "pelajaran agama" selain agama kita sendiri. Kita yakin semua agama mengajarkan kebaikan. Namun jika benar2 kita mau konsekwen, harus ada pelajaran untuk mengenalkan semua agama. Yang hindu belajar sejarah islam dan kristen, yang islam juga belajar sejarah budha dst. Sehingga kita tidak hanya yakin dan "sekedar tahu" tapi kita benar2 diperkaya dalam tindakan kita sehari-hari.


Tokyo,1 Juli 2013.


nice!(0)  コメント(0)  トラックバック(0) 
共通テーマ:blog

nice! 0

コメント 0

コメントを書く

お名前:
URL:
コメント:
画像認証:
下の画像に表示されている文字を入力してください。

トラックバック 0

この広告は前回の更新から一定期間経過したブログに表示されています。更新すると自動で解除されます。